Social Icons

twitter facebook google plus linkedin rss feed email

Tuesday, August 10, 2010

Ketika Tulisan Pertamaku Muncul di Majalah Terbitan Jakarta


Hobi membaca berbanding lurus dengan kemampuan menulis, barangkali kalimat tersebut bisa mewakili kesukaanku akan dunia tulis menulis. Setidaknya, karena terbiasa membaca apa saja – koran, majalah, tabloid, buku cerita ataupun brosur pameran – aku jadi bisa memilih kata dan membuat kalimat lebih terstruktur, terutama kalau ada pelajaran mengarang.

Lucunya, ketika ada kesempatan mengirimkan tulisan-tulisanku ke media cetak (majalah) justeru yang pertama aku tulis bukannya karangan tentang suasana desa ataupun cerita keseharian, tetapi malah ‘pengalaman lucu’ di rumah. Adalah majalah Kawanku – terbitan Jakarta dan merupakan majalah anak-anak skala nasional – yang pertama kali menginspirasiku untuk mengirimkan tulisan. Entah mengapa, setiap majalah Kawanku terbit di hari Selasa, rubrik pertama yang aku baca biasanya adalah tulisan-tulisan karya pembaca, baik berupa cerita ataupun pengalaman keseharian.

Nah, karena di rumah – yang memang keluarga besar – termasuk keluarga humoris, yang selalu penuh canda dalam keseharian, maka suatu saat aku ingin menuliskannya dalam sebuah cerita lucu, yang (akhirnya) aku kirim ke majalah anak-anak Kawanku. Ceritanya sangat sederhana, yaitu kebiasaan kami, aku dan adik-adikku, setiap disuruh Ibu untuk mengambil sesuatu pasti selalu menjawab, “Dimana, Bu?”  Karena memang suka becanda, Ibu kadang-kadang menjawab dengan kalimat, “Di rumah Mbak Lastri sana!” (ini nama tetangga belakang rumah). Meski jawaban Ibu cuma becanda, kadang kami tanpa pikir panjang langsung lari ke rumah Mbak Lastri. Dan tentu saja kami kecele, hehehe....

Cerita sederhana itulah yang dalam waktu satu bulan setengah kemudian – sejak aku kirim via kantor pos – dimuat di majalah Kawanku, saat aku masih duduk di bangku kelas VI. Tulisan itu memang tidak dikirim asal-asalan, tetapi aku ketik rapi (memakai mesin tik yang dibawa pulang Bapak dari kantor desa tiap harinya), dan beberapa kali aku rapikan kata-katanya, sehingga setidaknya 4 kali ganti kertas HVS.

Kalau ditanya tentang perasaan saat itu, sungguh sangatlah senang, karena aku merasa tulisan yang dibuat anak SD dari kota kecamatan di wilayah Kabupaten Malang bisa dimuat di majalah anak-anak terbitan ibukota Jakarta. Rasanya tidak percaya, bahwa aku bisa ‘menembus’ media cetak skala nasional.

Dan tidak berselang lama, kira-kira 5 hari sejak dimuat, sebuah wessel senilai Rp. 7,500,- diantar pak pos ke rumah. Ya, honor pertama sebagai penulis sekaligus pengalaman pertama mendapatkan uang dari hasil keringat (kemampuan?) sendiri. Memang tidaklah besar – kalau menurutku saat itu ya lumayan besar, apalagi sebagai anak yang baru kelas V SD – dibandingkan dengan harga sepatu basket yang sudah mencapai harga Rp. 20,000,- saat itu. Bahkan, saat mengambil di kantor pos, petugas pos bercanda sambil mengatakan lumayanlah uang segitu, bisa dibelikan petasan dan kembang api untuk persiapan di bulan puasa (aku jadi ingat, bahwa saat itu memang menjelang bulan puasa ramadhan, hehehe...).

Begitulah, apa-apa yang ‘pertama’ selalu berkesan, dan sering menjadi tonggak perjalanan seseorang untuk masa depannya. Dan tulisan pertamaku yang dimuat di majalah Kawanku, nampaknya akan menjadi tonggak kesukaanku akan dunia tulis-menulis, meski tidak (benar-benar) menjadi seorang penulis!

0 komentar: